Anaslisis Skill


MAKALAH KELOMPOK
ANALISIS SKILL TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah:
Teknologi Pembelajaran
Yang diampu oleh:
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Description: Hasil gambar untuk logo unmuh ponorogo
Disusun oleh:
Rusnadi 
Sumarno
Parwito


PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TA. 2018-2019


A.     Pendahuluan
Merujuk kepada Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa tujuan inti dari pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta membangun peradaban bangsa yang bermartabat demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara.[1] Selanjutnya dijelaskan juga bahwa tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk menumbuhkembangkan kemampuan yang ada dalam diri peserta didik agar terbentuk menjadi manusia yang hidup berlandaskan iman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai akhlak yang muliah, berbadan sehat, berilmu, mempunyai kecapakan, kreatifitas tinggi, bisa hidup mandiri, serta menjadi warga Negara yang menjunjung tinggi demokrasi serta mempunya rasa penuh tanggung jawab.[2] Dan didalam Permendiknas juga dijelaskan bahwa profil lulusan SMK adalah penguasaan kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi kebutuhan kerja maupun mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan bidang yang digelutinya. Artinya adalah bahwa lembaga pendidikan SMK mempunyai amanah untuk menciftakan anak didiknya untuk siap dan cakap dalam menghadapi dunia kerja.[3]
Untuk mewujudkan semua tujuan tersebut diatas, satu-satu cara ataupun jalan untuk merealisasikannya adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Baik itu kualitas proses maupun kualitas hasil. Dua kualitas tersebut dapat dilihat dari beberapa hal. Kualitas proses misalnya, dilihat apabila proses pembelajaran berjalan secara efektif dan peserta didik dapat mengkutinya dengan baik. Sedangkan kulitas hasil dilihat dari output yang sudah dipelajari oleh peserta didik, apakah dia mampu menunjukkan kecakapan, kompetensi, keterampilan. Sikap, nilai-nilai sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan bermasyarakat atau di dunia kerja.
Akan tetapi pada kenyataannya, para stakeholders mengeluhkan bahwa banyak lulusan yang tidak mempunyai kualitas ataupun lulus setengah hati, kurang tangguh, tidak jujur, tidak bisa bekerja dididalam Tim, komunikasi dan menulis yang buruk, dan sepenuhnya tidak sesuai dengan kebutuhan dilapangan kerja.[4] Hal ini disebabkan, karena mereka hanya disajikan menu-menuh hard skill, padahal menurut banyak survey,[5] bahwa kesuksesan justru ditujukkan dari soft skills.[6]
Untuk mencetak generasi yang berkulitas adalah dengan mengasah skills dalam proses pembelajaran yang ada dalam dirinya. Tidak hanya hard skill, tapi juga soft skil. Dalam makalah ini rumusan masalah yang diajukan adalah apa definisi skill? Apa saja ciri-cirinya? Bagaimana pengembangan dan manipulasi skill? Serta bagaimana cara mengajar skill?.
A.     Definisi Skill
Skill adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menggunakan akal, fikiran, dan bergagasan serta kratifitas dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Atau suatu kemampuan yang mampu mengubah atau membuat sesuatu menjadi berarti atau bermakna serta menghasilkan sebuah nilai yang berarti dari pekerjaan tersebut. Adapun definisi lain adalah kemampuan untuk menterjemahkan ilmu pengetahuan kepada praktik lapangan sehingga tercapai suatu pekerjaan yang dimaksudkan.[7] Ada beberapa pendapat para ahli tentang skill, yaitu:
1.      Gordon mengatakan bahwa skill adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara cermat dan mudah
2.      Nadler mengatakan bahwa skill adalah suatu rangkaian kegiatan yang memerlukan praktek langsung atau juga dapat diartikan sebagai akibat ataupun hasil dari suatu aktrifitas.
3.      Menurut pendapat Higgins, bahwa skill adalah suatu kemampuan ataupun kompetensi dalam suatu tindakan dan memenuhi suatu tugas.
4.      Menurut Iverson, skill adalah kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan mudah dan cepat, hampir sama dengan pendapat Gordon.
Setelah melihat dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa skill adalah kempuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dengan mudah, cepat dan cermat.[8]
Berbicara tentang skill, Islam memberikan perhatian mengenai skill. Karena skill adalah suatu tuntutan yang harus dipunyai oleh setiap muslim dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an memerintahkan untuk menyelami ilmu pengetahuan dan mengasah keterampilan. Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan[9]
Dari ayat diatas kita dapat mengerti bahwa dalam berkehidupan tidak cukup hanya mengandalkan berpikir saja, karena hanya dengan berpikir tidak akan menghasilkan karya nyata. Dan keterampilan adalah muerupakan suatu tindakan raga untuk melakukan suatu pekerjaan. Dan dari pekerjaan itulah baru dapt terwujud suatu karya nyata.
B.     Ciri-Ciri Skills
Skills terbagi menjadi menjadi dua yaitu soft skills dan hard skills:
1.      Hard Skills
Dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Ni Kadek Sirnawati, bahwa Hard Skills adalah kemampuan seseorang dalam menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan teknis, serta pengetahuan. Ataupun Hard Skill adalah suatu kemampua yang melekat pada diri seseorang yang bisa digunakan dalam profesi tertentu.[10] Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikutip oleh Faisal Alam Islami, bahwa Hard Skill adalah pengetahuan dan kemapuan tekhnis yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan bidangnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa Hard Skill memiliki andil dan peran yang sangat penting untuk dikembangkan dalam menghadapi dunia kerja. Artinya adalah seseorang akan bisa ikut berpartisipasi dalam dunia kerja sesuai dengan keahlian dan kemampuan Hard Skill yang dmilikinya.[11]
2.      Soft Skills
Banyak sekali referensi yang membahas tentang definisi Soft Skill. Menurut LaFrance, Soft Skills adalah sebagai “personal and interpersonal behavior that develop and maximime human performance (e.g. confidence, flexibility, honesty, and integrity)” artiny adalah bahwa soft skilss merupakan “ Perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja seseorang terkait kepercayaan diri, fleksibelitas, kejujuran dan integritas diri”. Berkelompok maupun bermasyarakat, serta dengan Sang Pencifta”. Atau ringkasny adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal-skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intra-personal skills) serta mampu mengembangkan secara maksimal untuk performance seseorang.[12]
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik beberapa catatan. Pertama, bahwa pada dasarnya soft skills adalah kemampuan yang melekat yang dimiliki seseorang. Akan tetapi bisa dikembangkan dengan maksimal dan dibutuhkan dalam dunia pekerjaan sebagai pendukung hard skills. Kedua, softs skills terbagi menjadi dua macam, yaitu soft skills yang berkaitan dengan personal dan soft skills yang berkaitan dengan intra personal. Sebagai contoh: soft skills yang berkaitan dengan personal adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol emosi didalam dirinya, kemampuan memanajemen waktu, dan selalu optimis serta berpikir positif. Sedangkan soft skills yang berkaitan dengan intra personal adalah kemampuan seseorang dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain,  atau berkemampuan dalam beradaptasi ketika bekerjasa sama dalam bentuk tim atau kelompok

C.     Pengembangan dan Manipulasi Skill
Pengembangan soft skill berhubungan erat dengan kecerdasan emosi (EQ). Ada dua hal utama yang berkaitan dengan kecerdasan emosi, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Jika kita sudah mengenal emosi diri kita dengan baik, maka kita dapat mengelolanya dengan mudah, sehingga kecerdasan emosi mudah pula untuk dibangun dan dikembangkan. Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosi:
1.      Mengatur Emosi
Diri kita adalah tuan dari emosi kita (I Am the Master of My Emotion),sehingga kita bisa mengatur menjadi seperti apapun bentuk emosi kita. Oleh karena itu, agar emosi tetap berada di level yang baik/positif, maka kita harus pandai-pandai memilih informasi yang kita terima. Informasi yang dirasa dapat mengganggu diri kita sebaiknya ditelaah terlebih dahulu.
2.      Mengkomunikasikan Diri dengan Baik
Terkadang orang lain bisa salah persepsi jika kita keliru mengkomunikasikan diri kita. Oleh karena itu komunikasi yang baik akan menghasilkan emosi yang baik pula, yang akan berguna untuk rencana hidup kita.
3.      Mengubah Pandangan Terhadap Sesuatu
Setiap orang mempunyai pandangan dan sikap tersendiri terhadap sesuatu. Terkadang pandangan dan sikap mereka berbeda dengan pandangan kita. Perbedaan inilah yang menuntut kita untuk mau melihat suatu hal dari kacamata oranglain dengan mengajukan pertanyaan yang tepat.
4.      Selalu Berinteraksi dengan Orang Lain
Berinteraksi dengan orang lain memberi kesempatan kepada kita untuk memahami diri sendiri atas tanggapan orang lain terhadap sikap dan perilaku yang kita tampilkan. Dari tanggapan orang lain tersebut, kita bisa belajar sikap dan perilaku yang harus kita tampilkan pada situasi dan kondisi tertentu.[13]

D.    Mengajar Skill
Banyak di antara kita tahu bahwa softskill seseorang di tentukan dengan tolak ukur seseorang itu dalam mengembangkan sofskillnya. Namun disini saya juga ingin memberi tahu bahwa softskill itu sendiri tidak akan berjalan sempurna apabila tidak di iringi dengan Hard Skill, begitu pun sebaliknya. Softskill itu sendiri akan nampak apabila seseorang telah menemukan jati dirinya. Namun ada juga yang tidak akan mendapatkan soft skill dari dirinya sendiri apabila dia tidak ada keinginan untuk berubah yang besar dalam hidupnya dari pola hidup yang buruk ke pola hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Karena Soft skill itu sendiri akan lahir apabila seseorang memiliki motivasi yang besar untuk berubah lebih baik dari sebelumnya.
Softskill juga melatih diri seseorang untuk dapat bagaimana berinteraksi dengan masyarakat yang baik, karena komunikasi yang baik itu sangat diperlukan oleh seseorang. Karena berinteraksi yang baik itu juga dapat mencerminkan diri seseorang. Biasanya kalau orang dapat berinteraksi yang baik tentunya dapat cepat beradaptasi dengan orang lain. Dan juga sebaliknyakalau orang itu kurang baik dalam berinteraksi tentunya sangat agak lambat dalam berinteraksi.Softskill juga bukan hanya sekedar dari suatu hal yang tidak mempunyai tujuan, tetapi softskill juga mempunyai tujuan. Tujuan softskill adalah dapat memberikan kesempatan kepada individu untuk bisa mempelajari perilaku yang baru bagi dirinya dan juga meningkatkan hubungan antar pribadi dan orang lain.Softskill juga dapat memberikan intervensi yaitu dengan cara pelatihan atau pembinaan secara intensif. untuk dapat meningkatkan nilai-nilai dan moral dapat dilakukan dengan cara fokusterhadap diri sendiri.
Sebagaimana yang ditinjau oleh Muhammad Chamdani yang menulis dalam jurnalnya DWIJACENDIKIA Jurnal Riset Pedagogik menyebutkan bahwa:  dari penulusuran atau kajian formal yang pernah dilakukan, ditemukan yang mebawa atau mempertahankan orang di dalam sebuah kesuksesan 80% ditentukan oleh soft skills yang dimilikinya dan 20% oleh hard skillsnya. Sejalan dengan pernyataan tersebut maka kesuksesan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan juga ditentukan oleh factor soft skills selain hard hard skills (potensi akademiknya). Untuk meningkatkan soft skills mahasiswa salah satunya dapat ditempuh dengan cara mensinergikan antara soft skills dan hard skills dalam perkuliahan.[14]
Mengutip dari halaman pendapat Jamill  Azzaini seorang CEO kubik leadership, dia mengatkan bahwa Salah satu hal yang wajib dilakukan apabila kita ingin sukses adalah deliberate practice atau latihan yang direncanakan. Pekerjaan rutin yang dilakukan berulang-ulang tanpa ada improvement atau perbaikan tidak termasuk deliberate practice. Karena itulah banyak kita temukan orang yang sudah punya masa kerja sangat lama tetapi tidak “naik kelas,” hidupnya stagnan, bahkan tertinggal dengan karyawan yang lebih baru atau lebih muda.[15]
Menurut tiga pakar dari Berlin Academy of Music yaitu K. Anders Ericsson, Ralf Th. Krampe, dan Clemens Tesch, seseorang akan menjadi ahli di level dunia apabila mereka sudah memiliki sedikitnya 10.000 jam. Tetapi bukan 10.000 jam pekerjaan atau latihan yang hanya diulang melainkan 10.000 jam yang benar-benar deliberate practice.[16]
Untuk memahami apakah latihan atau pekerjaan yang kita lakukan termasuk deliberate practice atau tidak, Anda perlu memahami beberapa ciri dari deliberate practice.
Pertama, ada feedback dari orang yang expert (ahli). Lakukan pekerjaan atau latihan di depan orang-orang yang ahli, setelah itu mintalah nasehat, saran perbaikan dan hal-hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Siapakah ahli itu? Bisa jadi orang yang memang sudah diakui keahliannya, senior, pimpinan, coach, mentor dan para pembelajar yang ada di sekitar kita.
Orang-orang yang menghindar atau enggan mendapat feedback dipastikan sulit berkembang. Apalagi orang yang mudah tersinggung saat mendapat feedback, ia akan tertinggal bahkan bisa “nyungsep” dalam menjalani kehidupan.[17]
Kedua, bersedia melakukan yang tidak nyaman. Orang yang hanya mau melakukan pekerjaan yang nyaman bagi dirinya, ia jalan ditempat. Untuk bertumbuh dan naik kelas kita wajib melakukan sesuatu yang tidak nyaman. Kita perlu menikmati ketidaknyaman sebagai proses pembelajaran berkesinambungan.
  Monday Knowledge: Kunci Membangun Trust & Respect Dalam waktu-waktu tertentu, kita perlu merancang program yang tidak nyaman, menjengkelkan dan melelahkan. Hal ini perlu dilakukan agar pikiran, hati dan otot kita berkontraksi dan akhirnya terbiasa melakukan sesuatu yang pada awalnya terasa berat. Saya menyebutnya kegiatan seperti ini dengan program sprint (lari cepat).[18]
Apakah Anda sudah terbiasa mendapat feedback dari para ahli? Apakah Anda punya program yang itu membuat Anda tidak nyaman? Apabila kedua hal ini jarang dilakukan, jangan berharap Anda menjadi ahli dibidang yang Anda tekuni karena Anda pada hakekatnya belum melakukan deliberate practice.

E.     Penutup
            Sesuai dengan UU SISKDIKNAS NO.20 Th 2003, bahwa tujuan inti dari pendidika adalah terbrntuknya generasi yang mempunyai kemampuan untuk membangun peradaban bangsa, bermartabat dan memcerdaskan kehidupan bangsa dan negara yang berlandaskan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. maka dari itu dibutuhkan sistem pendidikan yang memadai dan sistematis untuk menciftakan itu semua.
Adapun tujuannya adalah untuk membentuk soft skills dan hard skills siswa. para peneliti sepakat bahwa faktor utama dalam menentukan kesuksesan seseorang adalah soft skills dan hard skills. dan dua-duanya saling berkesinambungan. dengan soft skill, seseorang dapat memanejemen pekerjaan dan semua kegiatannya dengan baik. sedangkan hard skill seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya.
Ada beberapa cara untuk mengasah skill diantaranya adalah dengan dengan keceradasan emosi, jika kita sudah mengenali emosi diri kita dengan baik, maka kita dapat mengelola diri kita dengan baik dan mudah. selanjutnya adalah dengan deliberate practice atau dengan latihan yang direncanakan yang dilakukan secara berulang-ulang.
Cara tersebut sudah bisa dikatakan dengan deliberate practice apabila kita kita mendapatkan feedback dari orang yang expert. dan apabila kita tidak mau menerima feedback maka dipastikan kita tidak akan bisa berkembang dan maju.






















F.      Referensi
 Al-Qur’anul Karim
Aly, Abdullah, Pengembangan Pembelajaran Karakter Berbasis Soft Skills di Perguruan Tinggi, Jurnal Ishraqi, VOL. 1 No.1, Januari 2017.
Chamdani, Muhammad, Penerapan Mind Map PADA Mata Kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik Untuk Pengembangan Soft Skills Mahasiswa PGSD, Jurnal DWIJACENDEKIA, Vol. 1. No.1, 2017
Hendriyani, Susi, A, Soni, Nulhaqim, Pengaruh Pelatihan dan pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. Pelabuhan Indonesia 1 Cabang Dumia, Jurnal Padjajaran, Vol. 10, Juli 2008.
Https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp.../UU_no_20_th_2003.
Islami, Faiz Alam, Analisis Pengaruh Hard Skill, Soft Skill, dan Motivasi terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja Penjualan PT. Bumi Putera Wil Semarang), Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNDIP, 2012.
Utomo, Hardi, Kontribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan, Jurnal Among Makarti, Vol.3. No. 5 Juli 2010.
Saratri wilunoyudho, Rakim, , Wijanarko, Dwi, Penerapan Model Pembelajaran Shesil (Soft, Hard, dan Environment Skill Integrated Learning) Pada Kecakapan Otomotif), Jurnal of Vocational and Career Education, Vol.2. No. 2. 2017
Sinarwati, Ni Kadek, Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Mampu meningkatkan Soft Skills dan Hard Skills Mahasiswa?, Jurnal lmiah Akuntansi dan Jumanika, VOL. 3, No. 2, Singaraja, Juni, 2014.
Suprapto, Tommy, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Medpress, Yogyakarta, 2009)

Suryanto, Didik, Waras Kamdi, Sutrisno, Relevansi Soft Skill yang diburuhkan Dunia Usaha/Industri dengan yang dibeljarkan di Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Teknologi dan Kujuruan, Vol. 36, No.2, September 2013.




[1] https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp.../UU_no_20_th_2003. (diakses pada tanggal 02/04/2019, pukul 10. 07 WIB).
[2] Ibid
[3] Didik Suryanto, Waras Kamdi, Sutrisno, Relevansi Soft Skill yang diburuhkan Dunia Usaha/Industri dengan yang dibeljarkan di Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Teknologi dan Kujuruan, Vol. 36, No.2, September 2013, hal, 108
[4] Hardi Utomo, Kontribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan, Jurnal Among Makarti, Vol.3. No. 5 Juli 2010, hal. 96
[5] Rakim, Saratri wilunoyudho, Dwi Wijanarko, Penerapan Model Pembelajaran Shesil (Soft, Hard, dan Environment Skill Integrated Learning) Pada Kecakapan Otomotif), Jurnal of Vocational and Career Education, Vol.2. No. 2. 2017, hal. 42
[6] Hardi Utomo, Kontribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan,…,hal. 95
[7] Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Medpress, Yogyakarta, 2009), hal. 135
[8] Susi Hendriyani, Soni A, Nulhaqim, Pengaruh Pelatihan dan pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. Pelabuhan Indonesia 1 Cabang Dumia, Jurnal Padjajaran, Vol. 10, Juli 2008, hal 158.
[9] Surah Al Qasas, ayat 77
[10] Ni Kadek Sinarwati, Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Mampu meningkatkan Soft Skills dan Hard Skills Mahasiswa?, Jurnal lmiah Akuntansi dan Jumanika, VOL. 3, No. 2, Singaraja, Juni, 2014, hal, 1217.
[11] Faiz Alam Islami, Analisis Pengaruh Hard Skill, Soft Skill, dan Motivasi terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja Penjualan PT. Bumi Putera Wil Semarang), Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNDIP, 2012.
[12] Abdullah Aly, Pengembangan Pembelajaran Karakter Berbasis Soft Skills di Perguruan Tinggi, Jurnal Ishraqi, VOL. 1 No.1, Januari 2017, hal, 43
[14] Muhammad Chamdani, Penerapan Mind Map PADA Mata Kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik Untuk Pengembangan Soft Skills Mahasiswa PGSD, Jurnal DWIJACENDEKIA, Vol. 1. No.1, 2017,Hal. 64 (Diakses pada tanggal 27 April 2019, pada pukul 1030. WIB)
[15] https://www.kubikleadership.com/2-cara-meningkatkan-skill-dan-keahlian-anda/ (Diakses pada tanggal 27 April 2019, pada pukul 09. 44. WIB)
[16] Ibid
[17] Ibid
[18] Ibid

Komentar

Postingan Populer