Anaslisis Skill
MAKALAH KELOMPOK
ANALISIS SKILL
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Tugas ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah:
Teknologi
Pembelajaran
Yang diampu
oleh:
Dr.
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Disusun oleh:
Rusnadi
Sumarno
Parwito
PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TA. 2018-2019
A.
Pendahuluan
Merujuk kepada Undang-undang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa tujuan inti dari
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta membangun peradaban bangsa yang bermartabat demi mencerdaskan kehidupan
bangsa dan Negara.[1]
Selanjutnya dijelaskan juga bahwa tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk
menumbuhkembangkan kemampuan yang ada dalam diri peserta didik agar terbentuk
menjadi manusia yang hidup berlandaskan iman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, mempunyai akhlak yang muliah, berbadan sehat, berilmu, mempunyai
kecapakan, kreatifitas tinggi, bisa hidup mandiri, serta menjadi warga Negara yang
menjunjung tinggi demokrasi serta mempunya rasa penuh tanggung jawab.[2]
Dan didalam Permendiknas juga dijelaskan bahwa profil lulusan SMK adalah
penguasaan kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi
kebutuhan kerja maupun mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan bidang yang
digelutinya. Artinya adalah bahwa lembaga pendidikan SMK mempunyai amanah untuk
menciftakan anak didiknya untuk siap dan cakap dalam menghadapi dunia kerja.[3]
Untuk mewujudkan semua tujuan tersebut diatas,
satu-satu cara ataupun jalan untuk merealisasikannya adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikan. Baik itu kualitas proses maupun kualitas hasil. Dua
kualitas tersebut dapat dilihat dari beberapa hal. Kualitas proses misalnya,
dilihat apabila proses pembelajaran berjalan secara efektif dan peserta didik
dapat mengkutinya dengan baik. Sedangkan kulitas hasil dilihat dari output yang
sudah dipelajari oleh peserta didik, apakah dia mampu menunjukkan kecakapan,
kompetensi, keterampilan. Sikap, nilai-nilai sesuai dengan kebutuhan dalam
kehidupan bermasyarakat atau di dunia kerja.
Akan tetapi pada kenyataannya, para stakeholders
mengeluhkan bahwa banyak lulusan yang tidak mempunyai kualitas ataupun lulus
setengah hati, kurang tangguh, tidak jujur, tidak bisa bekerja dididalam Tim,
komunikasi dan menulis yang buruk, dan sepenuhnya tidak sesuai dengan kebutuhan
dilapangan kerja.[4]
Hal ini disebabkan, karena mereka hanya disajikan menu-menuh hard skill,
padahal menurut banyak survey,[5]
bahwa kesuksesan justru ditujukkan dari soft skills.[6]
Untuk mencetak generasi yang berkulitas adalah
dengan mengasah skills dalam proses pembelajaran yang ada dalam dirinya. Tidak
hanya hard skill, tapi juga soft skil. Dalam makalah ini rumusan masalah yang
diajukan adalah apa definisi skill? Apa saja ciri-cirinya? Bagaimana
pengembangan dan manipulasi skill? Serta bagaimana cara mengajar skill?.
A.
Definisi
Skill
Skill adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam menggunakan akal, fikiran, dan bergagasan serta kratifitas dalam
mengerjakan suatu pekerjaan. Atau suatu kemampuan yang mampu mengubah atau
membuat sesuatu menjadi berarti atau bermakna serta menghasilkan sebuah nilai
yang berarti dari pekerjaan tersebut. Adapun definisi lain adalah kemampuan
untuk menterjemahkan ilmu pengetahuan kepada praktik lapangan sehingga tercapai
suatu pekerjaan yang dimaksudkan.[7]
Ada beberapa pendapat para ahli tentang skill, yaitu:
1. Gordon
mengatakan bahwa skill adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara
cermat dan mudah
2. Nadler
mengatakan bahwa skill adalah suatu rangkaian kegiatan yang memerlukan praktek
langsung atau juga dapat diartikan sebagai akibat ataupun hasil dari suatu
aktrifitas.
3. Menurut
pendapat Higgins, bahwa skill adalah suatu kemampuan ataupun kompetensi dalam
suatu tindakan dan memenuhi suatu tugas.
4. Menurut
Iverson, skill adalah kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan mudah
dan cepat, hampir sama dengan pendapat Gordon.
Setelah melihat dari beberapa pendapat para ahli
diatas, dapat disimpulkan bahwa skill adalah kempuan yang dimiliki seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan dengan mudah, cepat dan cermat.[8]
Berbicara tentang skill, Islam memberikan perhatian
mengenai skill. Karena skill adalah suatu tuntutan yang harus dipunyai oleh
setiap muslim dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an memerintahkan untuk menyelami ilmu pengetahuan dan mengasah
keterampilan. Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:
وَٱبۡتَغِ
فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ
وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧
Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan[9]
Dari ayat diatas kita dapat mengerti bahwa dalam
berkehidupan tidak cukup hanya mengandalkan berpikir saja, karena hanya dengan
berpikir tidak akan menghasilkan karya nyata. Dan keterampilan adalah
muerupakan suatu tindakan raga untuk melakukan suatu pekerjaan. Dan dari
pekerjaan itulah baru dapt terwujud suatu karya nyata.
B.
Ciri-Ciri
Skills
Skills
terbagi menjadi menjadi dua yaitu soft
skills dan hard skills:
1. Hard
Skills
Dikutip
dari jurnal yang ditulis oleh Ni Kadek Sirnawati, bahwa Hard Skills adalah
kemampuan seseorang dalam menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan teknis,
serta pengetahuan. Ataupun Hard Skill adalah suatu kemampua yang melekat pada
diri seseorang yang bisa digunakan dalam profesi tertentu.[10]
Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikutip oleh Faisal Alam Islami, bahwa Hard
Skill adalah pengetahuan dan kemapuan tekhnis yang dimiliki seseorang yang
sesuai dengan bidangnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa Hard Skill memiliki andil
dan peran yang sangat penting untuk dikembangkan dalam menghadapi dunia kerja.
Artinya adalah seseorang akan bisa ikut berpartisipasi dalam dunia kerja sesuai
dengan keahlian dan kemampuan Hard Skill yang dmilikinya.[11]
2. Soft
Skills
Banyak
sekali referensi yang membahas tentang definisi Soft Skill. Menurut LaFrance,
Soft Skills adalah sebagai “personal and
interpersonal behavior that develop and maximime human performance (e.g.
confidence, flexibility, honesty, and integrity)” artiny adalah bahwa soft
skilss merupakan “ Perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan
memaksimalkan kinerja seseorang terkait kepercayaan diri, fleksibelitas,
kejujuran dan integritas diri”. Berkelompok maupun bermasyarakat, serta dengan
Sang Pencifta”. Atau ringkasny adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain (interpersonal-skills) dan keterampilan dalam mengatur
dirinya sendiri (intra-personal skills) serta mampu mengembangkan secara
maksimal untuk performance seseorang.[12]
Berdasarkan
definisi diatas dapat ditarik beberapa catatan. Pertama, bahwa pada dasarnya
soft skills adalah kemampuan yang melekat yang dimiliki seseorang. Akan tetapi
bisa dikembangkan dengan maksimal dan dibutuhkan dalam dunia pekerjaan sebagai
pendukung hard skills. Kedua, softs skills terbagi menjadi dua macam, yaitu
soft skills yang berkaitan dengan personal dan soft skills yang berkaitan
dengan intra personal. Sebagai contoh: soft skills yang berkaitan dengan
personal adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol emosi didalam dirinya,
kemampuan memanajemen waktu, dan selalu optimis serta berpikir positif.
Sedangkan soft skills yang berkaitan dengan intra personal adalah kemampuan
seseorang dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain, atau berkemampuan dalam beradaptasi ketika bekerjasa
sama dalam bentuk tim atau kelompok
C.
Pengembangan
dan Manipulasi Skill
Pengembangan soft skill berhubungan
erat dengan kecerdasan emosi (EQ). Ada dua hal utama yang berkaitan dengan
kecerdasan emosi, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Jika kita sudah mengenal
emosi diri kita dengan baik, maka kita dapat mengelolanya dengan mudah,
sehingga kecerdasan emosi mudah pula untuk dibangun dan dikembangkan. Berikut
ini langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosi:
1.
Mengatur Emosi
Diri kita adalah tuan dari emosi kita (I Am
the Master of My Emotion),sehingga kita bisa mengatur menjadi seperti
apapun bentuk emosi kita. Oleh karena itu, agar emosi tetap berada di level
yang baik/positif, maka kita harus pandai-pandai memilih informasi yang kita
terima. Informasi yang dirasa dapat mengganggu diri kita sebaiknya ditelaah
terlebih dahulu.
2.
Mengkomunikasikan Diri dengan Baik
Terkadang orang lain bisa salah persepsi jika kita
keliru mengkomunikasikan diri kita. Oleh karena itu komunikasi yang baik akan
menghasilkan emosi yang baik pula, yang akan berguna untuk rencana hidup kita.
3.
Mengubah Pandangan Terhadap Sesuatu
Setiap orang mempunyai pandangan dan sikap
tersendiri terhadap sesuatu. Terkadang pandangan dan sikap mereka berbeda
dengan pandangan kita. Perbedaan inilah yang menuntut kita untuk mau melihat
suatu hal dari kacamata oranglain dengan mengajukan pertanyaan yang tepat.
4.
Selalu Berinteraksi dengan Orang Lain
Berinteraksi dengan orang lain memberi kesempatan
kepada kita untuk memahami diri sendiri atas tanggapan orang lain terhadap
sikap dan perilaku yang kita tampilkan. Dari tanggapan orang lain tersebut,
kita bisa belajar sikap dan perilaku yang harus kita tampilkan pada situasi dan
kondisi tertentu.[13]
D.
Mengajar
Skill
Banyak di antara kita tahu bahwa softskill seseorang
di tentukan dengan tolak ukur seseorang itu dalam mengembangkan sofskillnya.
Namun disini saya juga ingin memberi tahu bahwa softskill itu sendiri tidak
akan berjalan sempurna apabila tidak di iringi dengan Hard Skill, begitu pun
sebaliknya. Softskill itu sendiri akan nampak apabila seseorang telah menemukan
jati dirinya. Namun ada juga yang tidak akan mendapatkan soft skill dari
dirinya sendiri apabila dia tidak ada keinginan untuk berubah yang besar dalam
hidupnya dari pola hidup yang buruk ke pola hidup yang lebih baik dari
sebelumnya. Karena Soft skill itu sendiri akan lahir apabila seseorang memiliki
motivasi yang besar untuk berubah lebih baik dari sebelumnya.
Softskill juga melatih diri seseorang untuk dapat
bagaimana berinteraksi dengan masyarakat yang baik, karena komunikasi yang baik
itu sangat diperlukan oleh seseorang. Karena berinteraksi yang baik itu juga
dapat mencerminkan diri seseorang. Biasanya kalau orang dapat berinteraksi yang
baik tentunya dapat cepat beradaptasi dengan orang lain. Dan juga
sebaliknyakalau orang itu kurang baik dalam berinteraksi tentunya sangat agak
lambat dalam berinteraksi.Softskill juga bukan hanya sekedar dari suatu hal
yang tidak mempunyai tujuan, tetapi softskill juga mempunyai tujuan. Tujuan
softskill adalah dapat memberikan kesempatan kepada individu untuk bisa
mempelajari perilaku yang baru bagi dirinya dan juga meningkatkan hubungan
antar pribadi dan orang lain.Softskill juga dapat memberikan intervensi yaitu
dengan cara pelatihan atau pembinaan secara intensif. untuk dapat meningkatkan
nilai-nilai dan moral dapat dilakukan dengan cara fokusterhadap diri sendiri.
Sebagaimana yang ditinjau oleh Muhammad Chamdani
yang menulis dalam jurnalnya DWIJACENDIKIA Jurnal Riset Pedagogik menyebutkan
bahwa: dari penulusuran atau kajian
formal yang pernah dilakukan, ditemukan yang mebawa atau mempertahankan orang
di dalam sebuah kesuksesan 80% ditentukan oleh soft skills yang dimilikinya dan 20% oleh hard skillsnya. Sejalan
dengan pernyataan tersebut maka kesuksesan mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan juga ditentukan oleh factor soft skills selain hard hard skills
(potensi akademiknya). Untuk meningkatkan soft skills mahasiswa salah satunya
dapat ditempuh dengan cara mensinergikan antara soft skills dan hard skills
dalam perkuliahan.[14]
Mengutip dari halaman pendapat Jamill Azzaini seorang CEO kubik leadership, dia
mengatkan bahwa Salah satu hal yang wajib dilakukan apabila kita ingin sukses
adalah deliberate practice atau
latihan yang direncanakan. Pekerjaan rutin yang dilakukan berulang-ulang tanpa
ada improvement atau perbaikan tidak termasuk deliberate practice. Karena itulah banyak kita temukan orang yang
sudah punya masa kerja sangat lama tetapi tidak “naik kelas,” hidupnya stagnan,
bahkan tertinggal dengan karyawan yang lebih baru atau lebih muda.[15]
Menurut tiga pakar dari Berlin Academy of Music
yaitu K. Anders Ericsson, Ralf Th. Krampe, dan Clemens Tesch, seseorang akan
menjadi ahli di level dunia apabila mereka sudah memiliki sedikitnya 10.000
jam. Tetapi bukan 10.000 jam pekerjaan atau latihan yang hanya diulang
melainkan 10.000 jam yang benar-benar deliberate practice.[16]
Untuk memahami apakah latihan atau pekerjaan yang
kita lakukan termasuk deliberate practice
atau tidak, Anda perlu memahami beberapa ciri dari deliberate practice.
Pertama,
ada feedback dari orang yang expert (ahli). Lakukan pekerjaan atau latihan di
depan orang-orang yang ahli, setelah itu mintalah nasehat, saran perbaikan dan
hal-hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Siapakah ahli itu? Bisa jadi
orang yang memang sudah diakui keahliannya, senior, pimpinan, coach, mentor dan
para pembelajar yang ada di sekitar kita.
Orang-orang yang menghindar atau enggan mendapat
feedback dipastikan sulit berkembang. Apalagi orang yang mudah tersinggung saat
mendapat feedback, ia akan tertinggal bahkan bisa “nyungsep” dalam menjalani
kehidupan.[17]
Kedua,
bersedia melakukan yang tidak nyaman. Orang yang hanya mau melakukan pekerjaan
yang nyaman bagi dirinya, ia jalan ditempat. Untuk bertumbuh dan naik kelas
kita wajib melakukan sesuatu yang tidak nyaman. Kita perlu menikmati
ketidaknyaman sebagai proses pembelajaran berkesinambungan.
Monday
Knowledge: Kunci Membangun Trust & Respect Dalam waktu-waktu tertentu, kita
perlu merancang program yang tidak nyaman, menjengkelkan dan melelahkan. Hal
ini perlu dilakukan agar pikiran, hati dan otot kita berkontraksi dan akhirnya
terbiasa melakukan sesuatu yang pada awalnya terasa berat. Saya menyebutnya
kegiatan seperti ini dengan program sprint (lari cepat).[18]
Apakah Anda sudah terbiasa mendapat feedback dari
para ahli? Apakah Anda punya program yang itu membuat Anda tidak nyaman?
Apabila kedua hal ini jarang dilakukan, jangan berharap Anda menjadi ahli
dibidang yang Anda tekuni karena Anda pada hakekatnya belum melakukan
deliberate practice.
E.
Penutup
Sesuai
dengan UU SISKDIKNAS NO.20 Th 2003, bahwa tujuan inti dari pendidika adalah
terbrntuknya generasi yang mempunyai kemampuan untuk membangun peradaban
bangsa, bermartabat dan memcerdaskan kehidupan bangsa dan negara yang
berlandaskan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. maka dari itu
dibutuhkan sistem pendidikan yang memadai dan sistematis untuk menciftakan itu
semua.
Adapun tujuannya
adalah untuk membentuk soft skills dan hard skills siswa. para peneliti sepakat bahwa faktor utama dalam
menentukan kesuksesan seseorang adalah soft
skills dan hard skills. dan
dua-duanya saling berkesinambungan. dengan soft skill, seseorang dapat
memanejemen pekerjaan dan semua kegiatannya dengan baik. sedangkan hard skill seseorang dapat menyelesaikan
pekerjaannya.
Ada beberapa cara untuk mengasah skill diantaranya
adalah dengan dengan keceradasan emosi, jika kita sudah mengenali emosi diri
kita dengan baik, maka kita dapat mengelola diri kita dengan baik dan mudah.
selanjutnya adalah dengan deliberate
practice atau dengan latihan yang direncanakan yang dilakukan secara
berulang-ulang.
Cara tersebut sudah bisa dikatakan dengan deliberate practice apabila kita kita
mendapatkan feedback dari orang yang expert. dan apabila kita tidak mau
menerima feedback maka dipastikan kita tidak akan bisa berkembang dan maju.
F.
Referensi
Al-Qur’anul Karim
Aly, Abdullah, Pengembangan Pembelajaran Karakter Berbasis
Soft Skills di Perguruan Tinggi, Jurnal Ishraqi, VOL. 1 No.1, Januari 2017.
Chamdani, Muhammad, Penerapan Mind Map PADA Mata Kuliah
Perkembangan Belajar Peserta Didik Untuk Pengembangan Soft Skills Mahasiswa
PGSD, Jurnal DWIJACENDEKIA, Vol. 1. No.1, 2017
Hendriyani, Susi,
A, Soni, Nulhaqim, Pengaruh Pelatihan dan
pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. Pelabuhan Indonesia
1 Cabang Dumia, Jurnal Padjajaran, Vol. 10, Juli 2008.
Https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp.../UU_no_20_th_2003.
Islami, Faiz
Alam, Analisis Pengaruh Hard Skill, Soft
Skill, dan Motivasi terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja
Penjualan PT. Bumi Putera Wil Semarang), Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UNDIP, 2012.
Utomo, Hardi, Kontribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa
Kewirausahaan, Jurnal Among Makarti, Vol.3. No. 5 Juli 2010.
Saratri
wilunoyudho, Rakim, , Wijanarko, Dwi, Penerapan
Model Pembelajaran Shesil (Soft, Hard, dan Environment Skill Integrated
Learning) Pada Kecakapan Otomotif), Jurnal of Vocational and Career
Education, Vol.2. No. 2. 2017
Sinarwati, Ni
Kadek, Apakah Pembelajaran Kooperatif
Tipe Stad Mampu meningkatkan Soft Skills dan Hard Skills Mahasiswa?, Jurnal
lmiah Akuntansi dan Jumanika, VOL. 3, No. 2, Singaraja, Juni, 2014.
Suprapto, Tommy,
Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Medpress, Yogyakarta, 2009)
Suryanto, Didik,
Waras Kamdi, Sutrisno, Relevansi Soft
Skill yang diburuhkan Dunia Usaha/Industri dengan yang dibeljarkan di Sekolah
Menengah Kejuruan, Jurnal Teknologi dan Kujuruan, Vol. 36, No.2, September
2013.
[1]
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp.../UU_no_20_th_2003. (diakses pada
tanggal 02/04/2019, pukul 10. 07 WIB).
[2] Ibid
[3] Didik Suryanto, Waras Kamdi,
Sutrisno, Relevansi Soft Skill yang
diburuhkan Dunia Usaha/Industri dengan yang dibeljarkan di Sekolah Menengah
Kejuruan, Jurnal Teknologi dan Kujuruan, Vol. 36, No.2, September 2013,
hal, 108
[4] Hardi Utomo, Kontribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa
Kewirausahaan, Jurnal Among Makarti, Vol.3. No. 5 Juli 2010, hal. 96
[5] Rakim, Saratri wilunoyudho, Dwi
Wijanarko, Penerapan Model Pembelajaran
Shesil (Soft, Hard, dan Environment Skill Integrated Learning) Pada Kecakapan Otomotif),
Jurnal of Vocational and Career Education, Vol.2. No. 2. 2017, hal. 42
[6] Hardi Utomo, Kontribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa
Kewirausahaan,…,hal. 95
[7] Tommy Suprapto, Pengantar Teori
dan Manajemen Komunikasi, (Medpress, Yogyakarta, 2009), hal. 135
[8] Susi Hendriyani, Soni A,
Nulhaqim, Pengaruh Pelatihan dan
pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. Pelabuhan Indonesia
1 Cabang Dumia, Jurnal Padjajaran, Vol. 10, Juli 2008, hal 158.
[9] Surah Al Qasas, ayat 77
[10] Ni Kadek Sinarwati, Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad
Mampu meningkatkan Soft Skills dan Hard Skills Mahasiswa?, Jurnal lmiah
Akuntansi dan Jumanika, VOL. 3, No. 2, Singaraja, Juni, 2014, hal, 1217.
[11] Faiz Alam Islami, Analisis Pengaruh Hard Skill, Soft Skill,
dan Motivasi terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja
Penjualan PT. Bumi Putera Wil Semarang), Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UNDIP, 2012.
[12] Abdullah Aly, Pengembangan Pembelajaran Karakter Berbasis
Soft Skills di Perguruan Tinggi, Jurnal Ishraqi, VOL. 1 No.1, Januari 2017,
hal, 43
[13]
https://bimbingankarir.wordpress.com/2009/06/17/bagaimana-cara-mengembangkan-soft-skill-2/
(diakses pada 26 April 2019, pukul 21.15. WIB)
[14] Muhammad Chamdani, Penerapan Mind Map PADA Mata Kuliah
Perkembangan Belajar Peserta Didik Untuk Pengembangan Soft Skills Mahasiswa
PGSD, Jurnal DWIJACENDEKIA, Vol. 1. No.1, 2017,Hal. 64 (Diakses pada
tanggal 27 April 2019, pada pukul 1030. WIB)
[15] https://www.kubikleadership.com/2-cara-meningkatkan-skill-dan-keahlian-anda/
(Diakses pada tanggal 27 April 2019, pada pukul 09. 44. WIB)
[16] Ibid
[17] Ibid
[18] Ibid
Komentar
Posting Komentar